PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Terkontraksi 4,5% pada Kuartal I/2024

Dian Kurniati | Sabtu, 27 April 2024 | 12:30 WIB
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Terkontraksi 4,5% pada Kuartal I/2024

Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai senilai Rp69 triliun pada kuartal I/2024. Realisasi ini setara 21,5% dari target pada APBN 2024 senilai Rp321 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi ini mengalami kontraksi sebesar 4,5% dibandingkan dengan periode yang sama 2023. Menurutnya, kontraksi penerimaan kepabeanan dan cukai tersebut antara lain karena terdampak pelemahan ekonomi global dan penurunan produksi rokok.

"[Penerimaan] bea cukai kita dalam hal ini juga tergambarkan dampaknya dari kondisi global," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip pada Sabtu (27/4/2024).

Baca Juga:
Pemeriksaan Fisik Barang Rush Handling Kini Selektif Berbasis Risiko

Sri Mulyani mengatakan realisasi cukai pada kuartal I/2024 senilai Rp53 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 6,9%. Realisasi ini juga setara dengan 21,5% dari target APBN.

Dia kemudian memerinci realisasi penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) mengalami kontraksi 7,3%. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi pada November-Desember 2023 sebesar sebesar 1,7%, sejalan dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok.

Sementara untuk minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan etil alkohol realisasinya masing-masing tumbuh 6,6% dan 16,2%. Pertumbuhan ini terjadi sejalan dengan pertumbuhan produksi kedua barang kena cukai tersebut.

Baca Juga:
Sri Mulyani: Penyesuaian Pajak Hiburan untuk Dorong Wisata Daerah

Dari sisi bea masuk, dia menjelaskan realisasinya senilai Rp11,8 triliun pada kuartal I/2024 atau setara 20,6% dari target APBN. Dibandingkan dengan periode yang sama 2023, realisasi ini minus 3,6%.

Kinerja penerimaan bea masuk antara lain dipengaruhi oleh impor bertarif 0% yang tumbuh, termasuk juga pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) yang makin meningkat. Kondisi ini mengakibatkan rata-rata tarif efektif bea masuk juga turun.

Selain itu, penerimaan bea masuk dari komoditas utama juga turun, di antaranya kendaraan roda 4 dan suku cadang, gas alam dan buatan, serta mesin penambangan dan konstruksi.

Baca Juga:
Pengembalian Jaminan Rush Handling Tidak Perlu Tunggu Penetapan PIB

Adapun untuk bea keluar, Sri Mulyani menjelaskan realisasinya pada kuartal I/2024 senilai Rp4,2 triliun atau setara 23,7% dari target APBN. Bea keluar mampu tumbuh sebesar 37% dibandingkan dengan periode yang sama 2023.

Menurutnya, penerimaan bea keluar utamanya dipengaruhi oleh ekspor tembaga yang bea keluarnya tumbuh 530,9% karena relaksasi ekspor komoditas tersebut.Sementara pada bea keluar sawit, realisasinya turun 68,8%.

"Karena harga sawit masih di bawah, yaitu sebesar US$787 per metrik ton. Untuk volume sawit juga mengalami penurunan 13,7%," ujarnya. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Jumat, 10 Mei 2024 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Kondisi Apa yang Bikin Status PKP Dicabut secara Jabatan oleh DJP?

Jumat, 10 Mei 2024 | 14:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Batasan Nilai Transaksi yang Dipotong PPN oleh BUMN dan Pemerintah

Jumat, 10 Mei 2024 | 13:30 WIB KAMUS PERPAJAKAN

Apa Itu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)?

Jumat, 10 Mei 2024 | 11:30 WIB PERATURAN PERPAJAKAN

Peraturan Baru Menteri Keuangan Soal Rush Handling, Download di Sini!

Jumat, 10 Mei 2024 | 10:00 WIB PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sudah Berlaku! Simak Daftar Tarif Terkini Pajak di Sulawesi Selatan