Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Cadangan devisa pada akhir Februari 2020 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko memaparkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2020 tercatat senilai US$130,4 miliar. Angka ini turun dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2020 senilai US$131,7 miliar.
“Penurunan cadangan devisa pada Februari 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (6/3/2019).
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Nilai tersebut, sambungnya, masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Otoritas moneter, sambung Onny, menilai cadangan devisa pada akhir bulan lalu masih mampu untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Cadangan devisa tersebut juga masih cukup kuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” imbuhnya.
Bulan lalu, otoritas moneter menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,00% menjadi 4,75% sebagai upaya mengantisipasi efek virus Corona terhadap ekonomi. BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi dari 4,25% menjadi 4,00%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps dari 5,75% menjadi 5,50%.
Kebijakan penurunan suku bunga bertujuan untuk menjaga momentum pertumbuhan. Menurut BI, efek Corona akan terasa pada kuartal I/2020, tetapi membaik pada kuartal berikutnya. BI juga terus menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif, termasuk mendorong pembiayaan ekonomi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. (kaw)