STATISTIK GLOBAL VALUE CHAIN

Bagaimana Pengaruh Tarif Bea Masuk terhadap Global Value Chain?

Redaksi DDTCNews
Rabu, 09 Desember 2020 | 10.30 WIB
Bagaimana Pengaruh Tarif Bea Masuk terhadap Global Value Chain?

GLOBAL value chain (GVC) adalah suatu rantai nilai yang proses produksinya menyebar di berbagai negara. Beberapa perusahaan di berbagai negara tergabung dengan spesialisasinya masing-masing untuk menghasilkan suatu produk akhir.

World Development Report (WDR) 2020 yang disusun oleh World Bank Group mengupas partisipasi dalam suatu GVC yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti hubungan yang terjalin antarperusahaan, sisi fundamental ekonomi (subsidi, pangsa pasar, lokasi strategis, kualitas institusi), serta kebijakan di negara-negara yang bersangkutan.

Terdapat dua jenis GVC. Pertama, GVC ke belakang (backward), yakni suatu negara/yurisdiksi mengekspor suatu produk yang sebelumnya diimpor dari negara-negara/yurisdiksi lain. Kedua, GVC ke depan (forward), yaitu suatu negara/yurisdiksi merupakan negara pengekspor pada tahap awal produksi dari suatu barang yang mana negara pengimpor masih akan mengekspor produk yang diekspor tersebut.

Tabel berikut memperlihatkan hasil penghitungan tim dari WDR atas partisipasi dan determinan-determinan backward GVC di berbagai kawasan dan kelompok negara/yurisdiksi dalam rentang waktu 2010–2015.

Adapun determinan-determinan tersebut mencakup indeks rata-rata kestabilan politik, rata-rata penanaman modal asing (PMA), serta rata-rata tarif bea masuk.

Berdasarkan tabel tersebut, kawasan di Eropa dan Asia Tengah memiliki rata-rata pangsa partisipasi backward GVC tertinggi, yakni 28,95%. Kemudian, disusul oleh Asia Timur dan Pasifik (20%)  dan  Amerika Latin-Karibia (18,1%).

Di sisi lain, kawasan negara-negara rawan konflik memiliki rata-rata pangsa terendah, yakni hanya sebesar 11,6%. Pada intinya, laporan ini memuat adanya manfaat dari PMA pada partisipasi backward GVC di negara-negara Asia Selatan, Sub Sahara Afrika, serta negara-negara rawan konflik.

Sebagai contoh, apabila PMA negara-negara Asia Selatan dan Sub Sahara Afrika setara dengan negara-negara Eropa dan Asia Tengah (Europe and Central Asia/ECA) maka partisipasi backward GVC diestimasikan akan meningkat sebesar 16%.

Sementara itu, rata-rata pangsa partisipasi backward GVC pada negara-negara rawan konflik, Kepulauan Karibia, dan kepulauan pasifik masing-masing akan meningkat sebesar 34%, 19%, dan 40% apabila tingkat PMA kawasan-kawasan yang dimaksud setara dengan negara-negara ECA.

Di lain pihak, rata-rata pangsa partisipasi dari backward GVC di negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA), serta Kepulauan Pasifik akan meningkat apabila terdapat relaksasi tarif bea masuk.

Apabila negara-negara Asia Selatan menurunkan rata-rata tarif bea masuk untuk keperluan produksi dari 11% menjadi setara ECA 3%, rata-rata pangsa partisipasi backward GVC akan meningkat sebesar 20%.

Hal yang sama juga terjadi pada negara-negara MENA dan Kepulauan pasifik yang masing-masing rata-rata pangsa partisipasi backward GVC akan meningkat sebesar 14% hingga 16% apabila merelaksasi rata-rata tarif bea masuk, dari yang tadinya sebesar 8,4% hingga 8,8% menjadi hanya sebesar 3%.*

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.