MUHAMMAD Jusuf Kalla punya kalimat yang jitu untuk praktik fraud besar-besaran di kalangan perbankan yang ketahuan sesaat setelah krisis moneter menghantam di tahun 1998.
“Di Indonesia ini, kalau mau merampok bank ya harus bikin bank,” kata mantan aktivis kelahiran Watampone 5 Mei 1942 yang jadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian periode 1999-2000.
Pada 1999 itu, Kalla tahu persis, bagaimana triliunan uang yang dipinjamkan pemerintah ke bank malah digunakan sebagian pemiliknya untuk bermain valas guna meraih margin dari pasar uang.
Termasuk ketika megaskandal Bank Century meletus di pengujung 2008. Saat sejumlah ekonom tampil membela para pejabat Bank Indonesia, Jusuf Kalla tetap tak goyah dengan pendiriannya.
Di awal 2010, Kalla menyampaikan keyakinannya bahwa skandal Rp6,7 triliun itu adalah perampokan yang dilakukan pemilik bank dengan bantuan pejabat profesional yang tidak jujur.
“Kalau tidak profesional, barangkali yang hilang Rp20 juta atau berapa. Ini ada hubungannya dengan moral, hukum, ada kesempatan. Dan yang paling mudah cari kesempatan ya orang pintar,” katanya.
Menurut Kalla, skandal Bank Century terjadi bukan karena krisis, melainkan karena dirampok. Dan membantu rampok, tegasnya, berarti ikut merampok.
“Rampok kok dianggap sistemik itu loh. Ini kasus tertinggi dalam sejarah republik. Diperiksa tiga lembaga yang tidak di atasnya kecuali Tuhan. Jadi yang diperiksa juga yang tertinggi,” katanya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.