Dua ekor anjing, Buster dan Bailey, mengenakan tanda saat protes mengenai meningkatnya biaya hidup di tengah kota Bublin, Irlandia, Sabtu (18/6/2022). (ANTARA FOTO/REUTERS/Clodagh Kilcoyne TPX IMAGES OF THE DAY/foc/FLI)
DUBLIN, DDTCNews - Bank Sentral Irlandia menilai pajak korporasi yang memiliki volatilitas tinggi dan hanya dikontribusikan oleh segelintir perusahaan berpotensi mengancam keberlanjutan penerimaan.
Pada 2021, penerimaan pajak korporasi tercatat mencapai EUR15,3 miliar atau tumbuh 40% bila dibandingkan dengan 2019. Dari total tersebut, senilai EUR8 miliar di antaranya adalah kontribusi dari 10 perusahaan saja.
"Volatilitas penerimaan pajak korporasi dan konsentrasinya pada segelintir perusahaan adalah ancaman utama terhadap anggaran," tulis bank sentral dalam laporannya, dikutip Sabtu (9/7/2022).
Bank sentral mengingatkan bila perusahaan-perusahaan kontributor besar memutuskan untuk melakukan relokasi atau terhantam oleh krisis tertentu, dampaknya terhadap postur fiskal pemerintah akan sangat signifikan.
Pada tahun ini, anggaran Irlandia diperkirakan akan mengalami surplus hingga EUR2 miliar.
Namun, anggaran diperkirakan akan mengalami defisit senilai EUR7 miliar bila tak terdapat ekses setoran pajak korporasi berkat windfall profit.
Direktur Ekonomi Bank Sentral Irlandia Mark Cassidy mengatakan pemerintah mampu mendanai banyak belanja pada tahun ini berkat tingginya kenaikan penerimaan pajak korporasi. "Bila situasinya berbalik, sangat sulit bagi pemerintah untuk mencari sumber penerimaan baru," ujar Cassidy seperti dilansir irishtimes.com.
Sebagai langkah untuk memitigasi risiko-risiko yang muncul pada masa mendatang, bank sentral telah meminta pemerintah untuk mengalokasikan sebagian kelebihan penerimaan pajak korporasi ke dalam Rainy Day Fund.
Rainy Day Fund nantinya dapat digunakan untuk mendanai program-program yang perlu dilaksanakan ketika penerimaan pajak sedang menurun. (sap)