BEIJING, DDTCNews—Ekspansi fiskal China melambat pada 2019 dengan penurunan tajam pada penerimaan pajak di tengah pemotongan pajak dan biaya besar-besaran yang dikeluarkan negara itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Data dari Kementerian Keuangan China menunjukkan pendapatan fiskal 2019 naik 3,8% secara tahunan menjadi RMB19,04 triliun atau setara dengan US$2,72 triliun. Laju pertumbuhan itu jatuh melambat dari capaian 2018 yang tumbuh 6,2%.
Kementerian Keuangan China mengaitkan perlambatan itu dengan kebijakan negara memangkas pajak dan biaya untuk mengatasi bencana akibat virus corona, yang diperkirakan mencapai RMB2,3 triliun. Pemotongan pajak dan biaya itu akan menguntungkan industri manufaktur dan usaha kecil.
“Adapun penerimaan pajak China mencapai RMB15,8 triliun, hanya naik 1% secara tahunan. Sebelumnya pada 2018 penerimaan pajak China meningkat 8,3%,” ungkap data tersebut, seperti dilansir di Beijing, Senin (10/2/2020).
Penerimaan pajak pertambahan nilai, sumber pendapatan fiskal terbesar di negara itu, naik 1,3% secara tahunan, dari tahun sebelumnya tumbuh 9,1%. Ini merupakan pertumbuhan penerimaan pajak terendah China sejak 1980-an..
Secara keseluruhan, seperti dilansir xinhuanet.com, pemerintah pusat mengumpulkan RMB8,93 triliun pendapatan fiskal, atau naik 4,5% secara tahunan. Sementara itu, pemerintah daerah mengumpulkan RMB10,11 triliun, naik 3,2%.
Kementerian Keuangan mengatakan negara itu akan terus mengonsolidasikan dan memperluas pengaruh kebijakan pengurangan pajak dan biaya pada 2020, terutama untuk membantu mengurangi dampak dari wabah virus corona baru pada ekonominya.
Data Senin itu juga menunjukkan pengeluaran fiskal negara itu pada 2019 naik 8,1% menjadi RMB23,89 triliun. Negara tersebut meningkatkan input dalam pengentasan kemiskinan, inovasi teknologi, perlindungan lingkungan serta sektor pertanian.
Dalam tensi yang lebih rendah, pukulan fiskal seperti China ini juga dialami sejumlah negara tetangganya yang juga terpapar bencana akibat virus corona, seperti Thailand, VIetnam, Korea Selatan, Jepang, SIngapura, dan Malaysia. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.