Dari kiri: Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden AS Donald Trump (foto: Mark Wilson/Getty Images).
AHMEDABAD, DDTCNews—Presiden AS Donald Trump meminta Perdana Menteri India Narendra Modi menghilangkan semua hambatan perdagangan, termasuk keruwetan birokrasi dan pungutan pajak pada produk-produk impor asal AS.
Trump menilai kebijakan India beberapa tahun terakhir sangat memberatkan AS. Padahal nilai perdagangan kedua negara telah meningkat lebih dari 40% sejak Trump memimpin hampir empat tahun lalu.
"Saya tidak tahu apakah itu (kesepakatan) akan dilakukan sebelum pemilihan (AS), tetapi kami akan memiliki masalah yang sangat besar dengan India," katanya, dikutip Selasa (25/2/2020).
Trump berkunjung ke India pada 24-25 Februari 2020. Agenda pertamanya adalah bertemu Modi. Misi Trump ke India salah satunya melakukan kesepakatan dagang, di mana ia merasa tidak diperlakukan dengan baik oleh India selama ini.
Sayang, Trump tidak menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan itu, meski mengisyaratkan bahwa kedua negara sedang menuju kesepakatan yang lebih baik di masa mendatang.
Meski pertemuan dengan Modi baru dalam tahap diskusi awal, Trump optimistis mampu mencapai kesepakatan fantastis yang menguntungkan kedua negara dengan mengurangi hambatan investasi antara AS dan India
"Modi adalah negosiator yang tangguh," tutur Trump.
Trump juga memuji kinerja Modi yang telah membuat sejumlah reformasi signifikan di India. Di AS, Trump juga banyak mendorong bisnis di AS di antaranya mengurangi tarif pajak perusahaan dan menghilangkan birokrasi yang tidak perlu.
Saat ini, Modi mengambil kebijakan yang terbilang proteksionis. Salah satunya dengan mengamandemen UU Pabean, di mana langkah itu diambil sebagai upaya untuk membatasi barang impor.
September tahun lalu, India menaikkan tarif pada 28 produk Amerika, seperti almond, kenari, apel, dan baja. Kala itu, India marah karena AS menolak permintaan pembebasan bea masuk produk ekspor negara itu ke sana.
Dilansir dari Indiawest.com, nilai perdagangan AS-India secara kumulatif dalam barang dan jasa mencapai US$110,9 miliar dalam tiga kuartal pertama 2019, atau naik 4,5%. (rig)