BANGLADESH

Ada Pungutan Pajak Baru, Ekspor Bawang ke Bangladesh Menyusut Tajam

Syadesa Anida Herdona | Rabu, 04 Mei 2022 | 10:30 WIB
Ada Pungutan Pajak Baru, Ekspor Bawang ke Bangladesh Menyusut Tajam

Seorang pria membawa karung berisi bawang merah di sebuah pasar, di tengah krisis ekonomi yang sedang melanda, di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (7/4/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/aww/cfo
 

DHAKA, DDTCNews – Ekspor bawang ke Bangladesh tercatat mengalami perlambatan. Hal ini terjadi setelah pemerintah Bangladesh mengenakan pajak atas impor bawang untuk mendorong produksi dari petani lokal.

Manoj Jain, eksportir besar asal Lasalgaon, India mengungkapkan pajak atas impor bawang dikenakan senilai 2,80 taka per kg. Padahal, Bangladesh tercatat perlu mengimpor 0,8-1 juta ton bawang setiap tahun. Sebagian besarnya diimpor dari India.

“Langkah ini diambil setelah adanya larangan ekspor yang sering dilakukan oleh pemerintah India menyebabkan kenaikan harga bawang merah di pasar lokal Bangladesh,” katanya, dikutip Senin (18/04/2022).

Baca Juga:
Otoritas Ini Mulai Pertimbangkan Kembali Program Diskon Cukai Solar

Perlu diketahui, Bangladesh adalah importir bawang terbesar dari India, diikuti oleh Sri Lanka. Serupa dengan Bangladesh, ekspor bawang ke Sri Langka juga melambat.

Dilansir Financial Express, saat ini Sri Lanka tengah mengalami krisis keuangan. Imbasnya, banyak kegiatan ekspor bawang ke Sri Lanka yang mengalami penundaan pembayaran.

Buntutnya, volume ekspor bawang dari India ke Sri Lanka dan Bangladesh tercatat turun dari 4.000-5.000 ton per minggu menjadi 1.500 ton per minggu.

Baca Juga:
DJBC Bagikan Tip Terhindar Sanksi Saat Belanja Online dari Luar Negeri

Bawang hasil produksi India telah memiliki pasar tetap. Pasar sasaran ekspor India antara lain negara-negara Asia Barat, Bangladesh, Indonesia, Sri Lanka, dan Inggris. Produksi bawang India diperkirakan meningkat sebesar 16,81% menjadi 31,12 juta ton pada tahun panen mulai Juli 2022.

Pada 2021, India berhasil mengekspor bawang senilai US$378 juta atau 15% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Negara tujuan ekspor utama antara lain Bangladesh (US$101 juta), Malaysia (US$62 juta), Uni Emirat Arab (US$44 juta), dan Sri Lanka (US$42 juta). (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 25 April 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Pegawai Diimbau Cek Kebenaran Pemotongan PPh 21 oleh Pemberi Kerja

Kamis, 25 April 2024 | 18:54 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Level SAK yang Dipakai Koperasi Simpan Pinjam Tidak Boleh Turun

Kamis, 25 April 2024 | 18:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Ajukan e-SKTD untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tagihan Listrik dan Air dalam Sewa Ruangan Kena PPN, Begini Aturannya

Kamis, 25 April 2024 | 17:45 WIB DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN

Imbauan DJPK Soal Transfer ke Daerah pada Gubernur, Sekda, hingga OPD

Kamis, 25 April 2024 | 17:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

Pemerintah Siapkan Tarif Royalti 0% untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

Kamis, 25 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

WP Tak Lagi Temukan Menu Sertel di e-Nofa, Perpanjangan Harus di KPP

Kamis, 25 April 2024 | 15:45 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ingat, Pakai e-Bupot 21/26 Tidak Butuh Installer Lagi Seperti e-SPT