KROASIA

Pemerintah Tolak Penurunan PPN Pembalut dan Tampon, Ini Alasannya

Redaksi DDTCNews | Sabtu, 30 Oktober 2021 | 07:30 WIB
Pemerintah Tolak Penurunan PPN Pembalut dan Tampon, Ini Alasannya

Ilustrasi pembalut perempuan.

ZAGREB, DDTCNews - Pemerintah Kroasia tuai kritik karena tidak meloloskan proposal penurunan tarif PPN pada produk saniter perempuan.

Anggota partai oposisi Anka Mrak Taritas mengatakan pemerintah dan koalisi di parlemen telah 2 kali menolak proposal penurunan tarif PPN untuk produk saniter menstruasi perempuan. Menurutnya, pilihan kebijakan fiskal tersebut menjadikan perempuan Kroasia sebagai warga negara kelas 2.

"Kami ajukan amandemen UU PPN dengan penurunan tarif PPN untuk produk kebersihan perempuan dari 25% menjadi 5%. Tapi proposal kedua kembali ditolak," katanya dikutip pada Senin (25/10/2021).

Baca Juga:
Jokowi Siapkan Insentif untuk Mobil Hybrid, Seperti Apa?

Taritas menjelaskan penurunan tarif PPN sangat diperlukan untuk membuat produk saniter seperti pembalut dan tampon lebih mudah diakses. Pasalnya, sepanjang hidup perempuan bisa menghabiskan uang sekitar 8.000 kuna Kroasia atau setara Rp17,4 juta untuk membayar PPN 25% untuk pembalut atau tampon.

Sementara itu, otoritas pajak dan partai koalisi pemerintah mempunyai pandangan berbeda tentang skema insentif pajak untuk produk saniter perempuan. Direktur otoritas pajak Zdravko Zrinusi mengatakan proposal penurunan tarif PPN untuk produk saniter perempuan tidak menjamin harga akan turun.

Dia mencontohkan kebijakan pemerintah menurunkan tarif PPN pada makanan, obat-obatan tidak mengakibatkan harga menjadi lebih terjangkau. Menurutnya, proposal ditolak karena tidak mengakomodasi solusi yang sistematis.

Baca Juga:
Penyediaan Tenaga Kerja Kena PPN, Pakai Nilai Lain atau Penggantian?

Hal senada diungkapkan oleh anggota parlemen dari koalisi pemerintah Ana Pocrnic Radosevic. Dia menyampaikan harga saniter seperti pembalut dan tampon makin bervariasi dan membuat harga menjadi lebih mahal.

"Wanita sekarang mungkin mempunyai permintaan untuk pembalut mereka seperti dengan lavender atau mawar, sehingga membuat harga menjadi lebih mahal," imbuhnya seperti dilansir balkaninsight.com.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 03 Mei 2024 | 18:43 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jokowi Siapkan Insentif untuk Mobil Hybrid, Seperti Apa?

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Penyediaan Tenaga Kerja Kena PPN, Pakai Nilai Lain atau Penggantian?

Jumat, 03 Mei 2024 | 12:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Rasio Audit WP Berkulit Hitam 4 Kali Lebih Besar, IRS Lakukan Ini

BERITA PILIHAN
Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:30 WIB IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

ASN Pindah ke IKN, Pemerintah Siapkan 4 Opsi Tunjangan Pionir

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Hal yang Wajib Dilakukan WP ketika Diperiksa

Sabtu, 04 Mei 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Batasan Jenis dan Jumlah Barang Kiriman PMI Dihapus, Begini Kata BP2MI

Sabtu, 04 Mei 2024 | 09:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Jenis Barang yang Dapat Layanan Rush Handling Ditambah, Apa Saja?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:00 WIB KEANGGOTAAN OECD

Proses Masuk OECD, RI Rampungkan Initial Memorandum Tahun Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 07:35 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

DJP Memulai Penelitian Komprehensif, Ikuti Daftar Prioritas Pengawasan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 07:30 WIB KOTA PANGKALPINANG

Hindari Sanksi, Pemkot Wanti-Wanti WP Bayar Pajak Sebelum Jatuh Tempo

Jumat, 03 Mei 2024 | 19:49 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Koperasi Masih Bisa Sampaikan Laporan Keuangan secara Manual Jika Ini