KUPAS BUKU KONSEP DAN APLIKASI PAJAK PENGHASILAN

PPh Final Bukan Jenis Pajak, Lalu Apa?

Redaksi DDTCNews | Senin, 31 Agustus 2020 | 13:38 WIB
PPh Final Bukan Jenis Pajak, Lalu Apa?

Expert Consultant DDTC Khisi Armaya Dhora saat mengupas Bab 9 buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan

JAKARTA, DDTCNews – Pajak penghasilan (PPh) final hanya merupakan salah satu cara pengenaan pajak dalam sistem PPh yang memiliki ciri khusus. PPh final bukanlah suatu jenis pajak.

Hal ini diungkapkan Expert Consultant DDTC Khisi Armaya Dhora dalam webinar ‘Peluncuran dan Kupas Buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan’. Acara peluncuran buku ke-10 terbitan DDTC ini diadakan bersamaan dengan momentum HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia dan HUT ke-13 DDTC.

Khisi mengatakan secara praktik, skema PPh final merupakan implikasi dari penerapan sistem pengenaan pajak terpisah atau yang dikenal dengan sistem schedular taxation. Baca artikel ‘Tidak Ada Definisi Penghasilan yang Diterima Secara Universal’.

Baca Juga:
Selamat Hari Buruh! Yuk, Pahami Hak dan Kewajiban Perpajakannya

“Dalam sistem ini, atas suatu jenis penghasilan, sumber penghasilan, atau karakteristik wajib pajak tertentu, pengenaan pajaknya berbeda dan diisolasikan dari pengenaan PPh yang berlaku secara umum (ring fencing),” katanya, Senin (31/8/2020).

Penerapan PPh final memunculkan pro dan kontra. Hal ini dibahas pula dalam Bab 9 buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan. Dari sisi pro, sifat pengenaan PPh final dinilai sederhana. Hal inilah yang menyebabkan PPh final digunakan sebagai bagian dari upaya pemberian kemudahan administratif.

Sementara dari sisi kontra, PPh final dianggap menyampingkan asas pajak yang ideal dan menyalahi “roh” PPh sebagai pajak yang subjektif. Penerapan PPh final juga dinilai dapat menimbulkan beban administrasi bagi wajib pajak yang diberi kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak.

Baca Juga:
Hal Unik Ini Hanya Ada di Perpajakan DDTC, Sudah Coba?

Selain PPh final, dalam webinar tersebut, Khisi juga mengupas Bab 7 mengenai objek PPh. Pasalnya, diskusi terpanjang dalam teori perpajakan adalah mengenai konsep dan desain pajak PPh. Salah satunya ketika menyusun dan menetapkan hal-hal yang menjadi objek PPh.

Umumnya, objek PPh dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu pertama, penghasilan dari hubungan pekerjaan (employment income). Kedua, penghasilan dari kegiatan usaha (business income). Ketiga, penghasilan modal (capital income). Keempat, penghasilan lain-lain.

Kemudian, Khisi juga mengupas Bab 8 mengenai biaya pengurang dan bukan pengurang penghasilan bruto. Pada dasarnya, biaya pengurang penghasilan bruto sering kali dianggap sebagai biaya yang dibebankan oleh wajib pajak sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan.

Baca Juga:
Perpajakan DDTC Tawarkan Literatur Pajak Berbahasa Inggris ​

Secara konsep, biaya pengurang penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan dengan penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dan biaya yang memiliki hubungan dengan kegiatan yang dikenai pajak.

Dari konsep tersebut, ada tiga kategori biaya pengurang penghasilan bruto. Pertama, biaya pengurang penghasilan bruto terkait kegiatan usaha. Kedua, biaya pengurang penghasilan bruto untuk karyawan. Ketiga, biaya pengurang penghasilan bruto yang bersifat pribadi.

Dalam buku setebal 570 halaman tersebut, lanjut Khisi, juga dibahas pula mengenai permasalahan dalam penerapan biaya penghasilan bruto. Pasalnya, terdapat jenis biaya yang menimbulkan permasalahan dalam penentuannya. Jenis biaya itu, termasuk biaya pengurang penghasilan bruto atau bukan.

Baca Juga:
Sambut Hari Kartini, DDTC Hadirkan Diskon untuk Perempuan Indonesia

Selanjutnya, dibahas pula mengenai biaya yang tidak dapat dikurangkan penghasilan bruto. Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dirancang semata-mata sebagai bentuk pembatasan biaya pengurang penghasilan bruto.

“Setiap negara mempunyai kebijakan masing-masing dalam menetapkan biaya apa saja yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,” imbuh Khisi dalam webinar dengan jumlah pendaftar sebanyak 2.250 orang tersebut.

Seperti diketahui, terbitnya buku yang ditulis bersama Managing Partner DDTC Darussalam dan Managing Partner DDTC Darussalam ini juga menjadi wujud konkret dari misi menghilangkan informasi asimetris di dalam masyarakat pajak Indonesia serta berkontribusi dalam perumusan kebijakan pajak demi menjamin transformasi sistem pajak yang seimbang.

Terbitnya buku ini juga menjadi wujud nyata komitmen DDTC untuk tetap produktif di tengah pandemi Covid-19. Hal ini sesuai dengan tagline HUT ke-13 DDTC, yaitu Stay Safe, Remain Productive. Simak artikel 'Resmi Diluncurkan, Lebih dari 500 Buku Baru DDTC Dibagikan Gratis'. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

01 September 2020 | 09:03 WIB

Pada Webinar penerbitan buku kemarin, Mba Kishi sudah dengan jelas menjelaskan bahwa PPh bukan merupakan suatu jenis pajak tertentu, namun hanya berupa sistem pengenaan pajak yang memiliki ciri khusus. Terdapat penghasilan tertentu yang dikenai pajak yang terpisah (dari ketentuan yang berlaku umum) dan dikenakan pajak dengan tarif tertentu yang tidak dapat menjadi pengurang atas pajak lainnya. Pajak ini berkaitan erat dengan mekanisme witholding tax yang merepresentasikan nilai akhir dan mencerminkan adanya pemisahan perlakuan pajak atas beberapa jenis penghasilan tertentu. PPh final dihitung dan dikenakan terpisah dan tidak dapat dihitung ulang pada saat WP menyampaikan SPT atas penghasilan lainnya.

31 Agustus 2020 | 23:44 WIB

Sebagai anak muda yang peduli akan bangsa Indonesia, saya menekuni bidang perpajakan ini, saya melihat masih banyak ketidaktahuan wajib pajak yang sebenarnya menyimp potensi. Semoga dengan buku ini saya menjadi semakin paham akan dunia perpajakan Indonesia

31 Agustus 2020 | 17:25 WIB

selamat ulang tahunbke 13 DDTC, dan terima kasih atas diterbitkannya buku konsep dan aplikasi pajak penghasilan. semoga dengan buku ini kita dapat lebih memahami dan dapat mengimplementasikan dalam kewajiban kita membayar pajak guna membangun bangsa. terim kasih DDTC dan sukses selalu. .

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 01 Mei 2024 | 07:00 WIB LITERATUR PAJAK

Selamat Hari Buruh! Yuk, Pahami Hak dan Kewajiban Perpajakannya

Senin, 29 April 2024 | 16:55 WIB DDTC ACADEMY - ADIT EXAM PREPARATION COURSE

Siapkah Anda Mendapatkan Sertifikasi Pajak Global? Ikuti Persiapannya!

Jumat, 26 April 2024 | 07:00 WIB LITERATUR PAJAK

Hal Unik Ini Hanya Ada di Perpajakan DDTC, Sudah Coba?

Selasa, 23 April 2024 | 07:00 WIB LITERATUR PAJAK

Perpajakan DDTC Tawarkan Literatur Pajak Berbahasa Inggris ​

BERITA PILIHAN
Kamis, 02 Mei 2024 | 14:00 WIB KOTA SEMARANG

Diskon PBB 10 Persen Diperpanjang 5 Hari! Berakhir 5 Mei 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Link Aktivasi Ereg Tak Diterima dalam 24 Jam, Harus Pakai Email Lain

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:15 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Profil DJP Online Berstatus Kepala Keluarga Padahal Bukan, Bagaimana?

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:13 WIB LAPORAN KEUANGAN

Pembukuan Akuntansi Sederhana, Pelaku UKM Bisa Pakai Ini

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Proses Aksesi OECD, Pemerintah Indonesia Mulai Penilaian Mandiri

Kamis, 02 Mei 2024 | 12:00 WIB INFLASI TAHUNAN

Inflasi Turun Jadi 3 Persen pada April 2024, Ini Kata BPS

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:30 WIB KANWIL DJP JAKARTA PUSAT

Setoran Pajak Hanya Tumbuh 3%, DJP Jakarta Pusat Fokuskan Pengawasan

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS KEPABEANAN

Sederet Kriteria Barang Kiriman Hasil Perdagangan

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:30 WIB PERMENDAG 7/2024

Pembebasan Batasan Impor Kiriman PMI Berlaku Surut Sejak Akhir 2023