PELEBARAN DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN

Menkeu Alihkan Belanja Impor

Redaksi DDTCNews | Selasa, 14 Agustus 2018 | 10:25 WIB
Menkeu Alihkan Belanja Impor

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah akan mengalihkan belanja negara dari belanja barang impor menjadi barang domestik. Langkah ini untuk merespons pelebaran defisit neraca transaksi berjalan yang terjadi pada pertengahan tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal II/2018 yang mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB) akan direspons dengan menekan impor dari belanja negara.

Pengalihan belanja (expenditure switching) ini, tegasnya, tidak berarti mengurangi anggaran belanja. Langkah yang diambil pemerintah tetap akan memperhatikan upaya untuk mendorong akselerasi perekonomian Indonesia.

Baca Juga:
Barang dari Luar Negeri Sampainya Lama, Pasti Kena Red Line Bea Cukai?

“Kalau expenditure reducing [pengurangan belanja] itu berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi. Namun, skenario itu harus kita siapkan, apabila situasi akan semakin dinamis dan bergerak,” katanya, seperti dikutip pada Selasa (14/8/2018).

Di samping sisi belanja negara, salah satu kebijakan yang tengah digenjot yakni perluasan penggunaan biodiesel 20% dari CPO (B20). Hal ini dilaukan sebagai upaya mengurangi impor minyak. Pasalnya, sektor ini mempunyai kontribusi besar terhadap realisasi impor.

Selain itu, PT PLN (Persero) juga dinilai banyak menggunakan barang modal impor untuk infrastruktur kelistrikan meski sebenarnya sudah memiliki kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Baca Juga:
Aturan Kembali Direvisi, Pemerintah Relaksasi Impor 7 Komoditas

Sri mengatakan CAD sebesar 3% dari PDB memang masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat taper tantrum pada 2015 yang mencapai 4% dari PDB. Namun, pemerintah perlu memberi perhatian lebih karena lingkungan yang dihadapi sudah berbeda.

“Waktu itu, quantitative easing masih terjadi dan kenaikan suku bunga belum dilakukan. Kalau sekarang, suku bunga sudah naik secara global dan quantitative easing sudah mulai dikurangi. Inilah yang menyebabkan tekanan lebih kuat terhadap berbagai mata uang di dunia,” jelasnya. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 18 Mei 2024 | 14:45 WIB LAYANAN KEPABEANAN

Barang dari Luar Negeri Sampainya Lama, Pasti Kena Red Line Bea Cukai?

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:30 WIB KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Aturan Kembali Direvisi, Pemerintah Relaksasi Impor 7 Komoditas

Rabu, 15 Mei 2024 | 12:01 WIB KINERJA PERDAGANGAN

Neraca Perdagangan Surplus 3,56 Miliar Dolar AS pada April 2024

BERITA PILIHAN