BERITA PAJAK HARI INI

Extra Effort Lewat Pemeriksaan Pajak Tetap Berjalan di Tengah Pandemi

Redaksi DDTCNews | Kamis, 03 September 2020 | 07:59 WIB
Extra Effort Lewat Pemeriksaan Pajak Tetap Berjalan di Tengah Pandemi

Ilustrasi. Gedung DJP. 

JAKARTA, DDTCNews – Ditjen Pajak (DJP) menegaskan akan tetap menjalankan extra effort untuk mengamankan penerimaan pada tahun ini. Topik tersebut menjadi bahasan media nasional pada hari ini, Kamis (3/9/2020).

Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak DJP Ihsan Priyawibawa mengatakan extra effort – upaya melalui kegiatan seperti pengawasan, pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan – merupakan bagian integral dari pelaksanaan tugas.

Secara prinsip, sambungnya, extra effort merupakan ikhtiar DJP untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan menggali potensi penerimaan pajak. Seluruh proses bisnis tetap dilakukan dengan sejumlah penyesuaian dengan protokol kesehatan karena pandemi Covid-19.

Baca Juga:
DJP: Pengembalian Pembayaran Pajak Hingga Maret 2024 Rp83,51 triliun

“Jadi [extra effort] merupakan pelaksanaan tupoksi [tugas pokok dan fungsi] DJP," katanya.

Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Juli 2020 senilai Rp 601,9 triliun atau 50,2% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No. 72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun. Realisasi tersebut tercatat mengalami kontraksi 14,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Selain mengenai extra effort DJP dalam pengamanan target penerimaan pajak, ada pula bahasan mengenai perkembangan ketentuan teknis fasilitas atau insentif super tax deduction untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development/R&D).

Baca Juga:
Impor Barang Bawaan Tak Dibatasi, Bea Masuk Tetap Sesuai PMK 203/2017

Berikut ulasan berita selengkapnya.

  • Pemberian Insentif Pajak

Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak DJP Ihsan Priyawibawa mengatakan meskipun tetap menjalankan extra effort, DJP juga mengemban tugas untuk menstimulus perekonomian yang melemah akibat pandemi Covid-19. Otoritas berharap berbagai insentif dimanfaatkan wajib pajak.

“Di tengah tekanan ekonomi karena pandemi Covid-19, DJP juga berperan meningkatkan perekonomian nasional, antara lain dengan mendorong wajib pajak untuk memanfaatkan insentif perpajakan yang telah diberikan," terangnya. (DDTCNews)

Baca Juga:
Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, DJP Teken Kerja Sama dengan TNI
  • Penangguhan Extra Effort

Ketua Komite Perpajakan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Siddhi Widyaprathama mengatakan upaya pengumpulan pajak melalui extra effort dari DJP idealnya dapat ditangguhkan pada tahun ini. Apalagi, menurutnya, kondisi ekonomi belum akan pulih sampai dengan akhir tahun ini.

"Jadi kalau konsentrasinya terpecah-pecah harus menghadapi extra effort, akan lebih berat. Untuk sementara tidak perlu dilakukan extra effort. Jadi dipilih dengan benar, itu [extra effort] bisa dilakukan untuk yang sudah terindikasi kategori tindak pidana perpajakan," katanya. (DDTCNews)

  • Proses Harmonisasi Sudah Selesai

Direktur Peraturan Perpajakan II Ditjen Pajak (DJP) Yunirwansyah mengatakan Kementerian Keuangan bersama kementerian dan lembaga (K/L) terkait sudah menyepakati aspek substansial dari beleid pemberian fasilitas tersebut.

Baca Juga:
Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

"Proses harmonisasi sudah selesai. Artinya, secara substansi sudah disepakati para stakeholder terkait yakni Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Koordinator Perekonomian," ujar Yunirwasyah. (DDTCNews)

  • Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam

Otoritas fiskal telah menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan No.744/KM.4/2020 terkait dengan penetapan barang ekspor sumber daya alam (SDA) yang wajib memasukkan devisa hasil ekapor (DHE) ke dalam sistem keuangan Indonesia.

Keputusan ini yang merupakan pelaksaan Pasal 3 ayat (3) PP No. 1/2019. Barang ekspor SDA yang wajib memasukkan DHE ke dalam sistem keuangan Indonesia adalah pertama, 180 jenis pos tarif pertambangan termasuk DHE dari ekspor batu bara dan nikel.

Baca Juga:
DJP Jakbar: Penerimaan Pajak Konstruksi dan Real Estat Tumbuh 25,5%

Kedua, 472 jenis barang ekspor terkait sektor perkebunan. Ketiga, 190 jenis barang terkait sektor kehutanan. Keempat, 366 jenis barang terkait dengan sektor perikanan. (Bisnis Indonesia)

  • SE Baru Soal Insentif Pajak

Dirjen Pajak menerbitkan petunjuk pelaksanaan yang baru atas PMK 86/2020 terkait dengan insentif pajak untuk wajib pajak yang terdampak pandemi Covid-19.

Petunjuk pelaksanaan yang baru itu tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-47/PJ/2020. Beleid ini dirilis sehubungan dengan telah diundangkan PMK 110/2020 yang merupakan perubahan atas PMK 86/2020. (DDTCNews)

Baca Juga:
Bakal Tunjuk Wajib Pajak, DJP Uji Coba Kedua Penyampaian Lapkeu XBRL
  • SE Baru Soal Pemungut PPN Produk Digital dalam PMSE

Dirjen Pajak merilis petunjuk pelaksanaan penunjukan pemungut pajak pertambahan nilai (PPN) perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE)

Petunjuk pelaksanaan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE-44/PJ/2020. Surat edaran ini dimaksudkan untuk memberi pedoman dalam penunjukan pemungut PPN PMSE yang sebelumnya telah diatur dalam PMK 48/2020 dan Peraturan Dirjen Pajak No.PER-12/PJ/2020. (DDTCNews)

  • Pajak Transaksi Elektronik

Implementasi konsep significant economic presence dalam pengenaan pajak penghasilan (PPh) ataupun pajak transaksi elektronik (PTE) yang dimuat dalam Undang-Undang (UU) No.2 Tahun 2020 akan tetap menghormati kesepakatan dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B).

Baca Juga:
Bertemu Perwakilan Perusahaan Singapura, DJP Ulas Fasilitas Perpajakan

Ketentuan dan penerapan PPh atau PTE secara lebih terperinci masih akan menunggu tercapainya konsensus global tentang hak pemajakan atas ekonomi digital yang masih akan dibahas di bawah koordinasi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada Oktober 2020. (DDTCNews)

  • PNBP Turun

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada 2021 ditargetkan senilai Rp293,5 triliun atau turun 0,2% dibandingkan dengan outlook pada tahun ini senilai Rp294,1 triliun. Penurunan ini dikarenakan pos kekayaan negara dipisahkan (KND) belum optimal – terutama setoran dividen BUMN – selama pandemi Covid-19.

“Dividen ditentukan dari proyeksi laba BUMN di tahun buku 2020. Namun, kondisinya cukup tertekan karena dampak Covid-19,” katanya. (Kontan) (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

03 September 2020 | 11:37 WIB

Justru saat pandemi ini DJP lagi gencar2 nya mengeluarkan STP dan surat-surat cinta lainnya

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 02 Mei 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

DJP: Pengembalian Pembayaran Pajak Hingga Maret 2024 Rp83,51 triliun

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Impor Barang Bawaan Tak Dibatasi, Bea Masuk Tetap Sesuai PMK 203/2017

Selasa, 30 April 2024 | 17:44 WIB KERJA SAMA PERPAJAKAN

Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, DJP Teken Kerja Sama dengan TNI

Selasa, 30 April 2024 | 17:00 WIB PAJAK PENGHASILAN

Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

BERITA PILIHAN
Kamis, 02 Mei 2024 | 10:21 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Piutang Kepabeanan-Cukai Capai Rp46 Triliun, DJBC Optimalkan Penagihan

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:00 WIB APARATUR SIPIL NEGARA

Pendaftaran CASN Akan Dibuka, K/L Diminta Lengkapi Perincian Formasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

DJP: Pengembalian Pembayaran Pajak Hingga Maret 2024 Rp83,51 triliun

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:45 WIB DDTC - SMA 8 YOGYAKARTA

Peringati Hardiknas, SMAN 8 Yogyakarta Gelar Webinar Gratis!

Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21