UU HPP

Lagi, DJP Minta WP Tunggu Aturan Teknis Batas Omzet Tak Kena Pajak

Redaksi DDTCNews | Senin, 14 Februari 2022 | 15:30 WIB
Lagi, DJP Minta WP Tunggu Aturan Teknis Batas Omzet Tak Kena Pajak

Ilustrasi. Pekerja menjemur kerupuk di UMKM Kerupuk Melati, Jakarta, Senin (24/1/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) meminta wajib pajak orang pribadi untuk menunggu ketentuan teknis mengenai batas omzet tidak kena pajak hingga Rp500 juta per tahun. Lewat unggahan di media sosial, otoritas menyampaikan bahwa ketentuan tersebut memang sudah diatur dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

"Namun, sampai saat ini aturan turunan yang mengatur teknis pelaporan atas ketentuan tersebut belum terbit. Mohon ditunggu aturannya ya," tulis akun @kring_pajak, Senin (14/2/2022).

Akun DJP tersebut menjawab pertanyaan seorang netizen yang kebingungan dengan skema pelaporan omzet usaha yang dijalankannya.

Baca Juga:
Partai Petahana Ini Kaji Insentif Pajak atas Laba yang Direpatriasi

"Untuk pajak penghasilan (PPh), penghasilan saya belum Rp500 juta kan pajaknya nol persen. Tapi waktu mau dimasukkan jumlah pajak ke Surat Setoran Elektronik, SSE2 ditulis Rp0 tidak bisa. Solusinya bagaimana?" tanya sebuah akun di Twitter yang me-mention @kring_pajak.

Dalam unggahan sebelumnya, DJP juga sempat menyarankan wajib pajak orang pribadi UMKM yang kebingungan mengenai perubahan ketentuan PPh dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) untuk berkonsultasi kepada kantor pelayanan pajak (KPP) terdaftar.

DJP melalui akun media sosial Twitter mengatakan UU HPP telah mengatur batas peredaran bruto atau omzet tidak kena pajak hingga Rp500 juta pada wajib pajak orang pribadi UMKM mulai tahun pajak 2022. Namun, pemerintah belum menerbitkan ketentuan teknis untuk melaksanakannya.

Baca Juga:
Insentif Pajak untuk Investasi DHE SDA Selain Deposito Segera Terbit

"Karena belum ada aturan turunannya, Kakak dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu ke KPP terdaftar," bunyi cuitan akun @kring_pajak.

DJP kemudian memaparkan PMK 3/2022 tidak mengatur perpanjangan insentif PPh final UMKM ditanggung pemerintah. Namun, kini ada UU HPP yang di dalamnya turut mengubah ketentuan tentang pajak penghasilan (PPh) mulai tahun pajak 2022.

Wajib pajak orang pribadi UMKM yang membayar pajak menggunakan skema PPh final UMKM akan mendapatkan fasilitas batas omzet tidak kena pajak senilai Rp500 juta. Melalui fasilitas itu, UMKM yang omzetnya hingga Rp500 juta dalam setahun tidak perlu membayar PPh final yang tarifnya 0,5%.

Adapun jika UMKM tersebut memiliki omzet melebihi Rp500 juta, penghitungan pajaknya hanya dilakukan pada omzet yang di atas Rp500 juta. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

14 Februari 2022 | 20:57 WIB

Konsultasi ke KPP itu yang membuat kami kesulitan,jaraknya jauh dan kami pelaku UMKM ini semua kerjakan sendiri . Apabila bulan Januari 2022 tidak dilaporkan, karena belum ada PMK yang mengatur ,apakah WP UMKM bisa kena sanksi?

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 04 Mei 2024 | 07:35 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

DJP Memulai Penelitian Komprehensif, Ikuti Daftar Prioritas Pengawasan

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:43 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jokowi Siapkan Insentif untuk Mobil Hybrid, Seperti Apa?

BERITA PILIHAN
Minggu, 05 Mei 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Pegawai Terima SHU Koperasi, Kena Pajak Penghasilan?

Minggu, 05 Mei 2024 | 12:43 WIB KETUA WELLNESS HEALTHCARE ENTREPRENEUR ASSOCIATION, AGNES LOURDA:

‘Pajak Lebih Tinggi, Pemerintah Tak Menyadari Malah Menekan Industri’

Minggu, 05 Mei 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Perinci Aturan Pajak Daerah, Kabupaten/Kota Diimbau Siapkan 4 Perkada

Minggu, 05 Mei 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Perubahan Skema Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bukan Pegawai

Minggu, 05 Mei 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Alasan Kebijakan Baru soal Impor Barang Kiriman PMI Berlaku Surut