UU 2/2020

Sidang MK, Sri Mulyani Ungkap Alasan Pajak Digital Masuk UU 2/2020

Dian Kurniati | Kamis, 08 Oktober 2020 | 17:20 WIB
Sidang MK, Sri Mulyani Ungkap Alasan Pajak Digital Masuk UU 2/2020

Suasana sidang MK yang dilakukan secara virtual. (tangkapan layar Youtube MK)

JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan urgensi pemerintah memasukkan ketentuan pemajakan ekonomi digital atau perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) dalam Perpu 1/2020 yang telah disahkan menjadi UU 2/2020.

Sri Mulyani mengatakan pemajakan atas ekonomi digital harus dilakukan dengan segera karena selama ini pelaku usaha digital luar negeri mendapatkan penghasilan yang signifikan dari Indonesia, tanpa perlu membayar pajak di Indonesia. Ketentuan pemajakan ekonomi digital masuk dalam UU 2/2020 agar tidak menciptakan celah penghindaran pajak.

"Apabila pemajakan terhadap PMSE tidak segera diterapkan di Indonesia, apalagi di tengah kejadian Covid di mana hampir semua kegiatan melalui elektonik, akan terjadi kekosongan hukum yang menjadi loophole untuk penghindaran dan pengelakan pajak yang akan menghilangkan potensi penerimaan pajak negara," jelasnya dalam sidang uji materi di MK secara virtual, Kamis (8/10/2020).

Baca Juga:
Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Beri Penjelasan Soal Anggaran Bansos

Sri Mulyani mengatakan penyusunan aturan pemajakan ekonomi digital melalui mekanisme normal akan memerlukan waktu lama. Padahal, kegiatan transaksi digital saat ada pembatasan interaksi fisik ketika pandemi justru meningkat signifikan.

Sri Mulyani menyebut pengenaan pajak digital juga menjadi strategi pemerintah mencegah terjadinya erosi basis pajak digital. Dia beralasan penerimaan pajak digital itu sangat penting bagi penerimaan negara yang juga mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19.

"Sehingga pemerintah terus menjaga basis pajak tersebut agar tidak terus mengalami erosi," ujarnya.

Baca Juga:
Sri Mulyani: APBN 2025 Beri Ruang untuk Program Pemerintah Berikutnya

Secara bersamaan, pengenaan pajak digital juga dimaksudkan untuk memastikan terpenuhnya prinsip pepajakan yang berkeadilan di antara pelaku usaha. Selain itu, level playing field juga akan tercipta bagi perusahaan di dalam negeri sehingga dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya di tengah Covid-19.

Pemerintah sudah mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) atas PMSE. Hingga saat ini, Ditjen Pajak (DJP) telah menunjuk 28 perusahaan digital sebagai pemungut PPN produk digital dalam PMSE, termasuk Facebook, Google, dan Zoom.

Meski demikian, pengenaan pajak penghasilan (PPh) dan pajak transaksi elektronik (PTE) terhadap pelaku transaksi digital masih akan menunggu konsensus global yang saat ini tengah diupayakan di bawah koordinasi OECD. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

08 Oktober 2020 | 22:19 WIB

Perpajakan akan semakin baik jika segera didigitalisasi. selain memudahkan akses hal ini tentu lebih efisien. Apalagi mengingat keadaan karena wabah virus covid-19. Aktivitas dominan dilakukan secara daring dan adanya pembatasan interaksi. Digitalisasi perpajakan akan semakin baik jika dilakukan bukan hanya untuk menjangkau wajib pajak di luar Indonesia, tetapi juga untuk segera diaplikasikan pada wajib pajak lokal.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 18 April 2024 | 13:48 WIB KONSULTASI PAJAK

Bayar Endorse Influencer di Media Sosial, Dipotong PPh Pasal 21?

Kamis, 18 April 2024 | 12:00 WIB KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Mendag Beri Penjelasan Soal Revisi Aturan Barang Bawaan-Kiriman PMI

Kamis, 18 April 2024 | 11:23 WIB PMK 186/2021

Hambat Pemeriksaan, Izin Akuntan Publik atau KAP Bisa Dibekukan

Rabu, 17 April 2024 | 17:00 WIB PEMERIKSAAN PAJAK

SPT Nyatakan Rugi, Wajib Pajak Dapat Diperiksa di Kantor atau Lapangan

BERITA PILIHAN
Kamis, 18 April 2024 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Antisipasi Dampak Iran-Israel, Airlangga: Masih Tunggu Perkembangan

Kamis, 18 April 2024 | 17:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Salah Lapor SPT Tahunan? DJP: Tenang, Masih Bisa Pembetulan

Kamis, 18 April 2024 | 16:50 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Salah Input Kode Akun Pajak dan Sudah Pembayaran, Ini Saran DJP

Kamis, 18 April 2024 | 16:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ada Transaksi Afiliasi, SPT Tahunan Wajib Dilampiri Ikhtisar TP Doc

Kamis, 18 April 2024 | 15:37 WIB PENERIMAAN PAJAK

Pemerintah Bidik Tax Ratio 11,2-12 Persen pada 2025

Kamis, 18 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Jaga Kesehatan APBN, Bagaimana Cara Optimalkan Penerimaan Negara?

Kamis, 18 April 2024 | 15:00 WIB TIPS PAJAK

Cara Buat Surat Pernyataan Wajib Pajak Non-Efektif

Kamis, 18 April 2024 | 14:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Susun RKP, Ekonomi Ditarget Tumbuh 5,3 - 5,6 Persen pada Tahun Depan

Kamis, 18 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN

Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap Industri

Kamis, 18 April 2024 | 13:48 WIB KONSULTASI PAJAK

Bayar Endorse Influencer di Media Sosial, Dipotong PPh Pasal 21?