JEPANG

PDB Positif, Kenaikan Pajak Penjualan Masih Dikhawatirkan, Ada Apa?

Redaksi DDTCNews | Selasa, 21 Mei 2019 | 09:33 WIB
PDB Positif, Kenaikan Pajak Penjualan Masih Dikhawatirkan, Ada Apa?

Ilustrasi. (foto: japan guide)

JAKARTA, DDTCNews – Ekonomi Jepang tumbuh 2,1% (year on year) pada kuartal I/2019. Meskipun positif, data tersebut masih menyisakan kekhawatiran jika rencana kenaikan pajak penjualan (sales tax) tetap dieksekusi pada Oktober 2019.

Berdasarkan data pemerintah, pertumbuhan 2,1% tersebut lebih dikarenakan impor yang turun 4,6%, lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor sekitar 2,4%. Neraca dari ekspor—impor ini menambah 0,4 poin persentase ke produk domestik bruto (PDB).

Kondisi tersebut sejatinya menjadi sinyal lemahnya permintaan. Selain itu, angka-angka yang dirilis pada Senin (20/5/2019) masih data awal. Pasalnya, data biasa berbeda secara signifikan ketika hasil revisi dirilis beberapa minggu kemudian.

Baca Juga:
Naikkan Tarif Pajak Penjualan, PM ini Yakin Dampak ke Inflasi Minim

“Semua komponen terpenting dari PDB negatif. Ekonomi sudah memuncak, jadi kita cenderung mengalami resesi ringan. Tidak ada yang keberatan menunda kenaikan pajak atas konsumsi,” kata Kepala Ekonom Tokai Tokyo Research Center, seperti dikutip pada Selasa (21/5/2019).

Adapun konsumsi swasta turun dan belanja modal masing-masing mengalami penurunan 0,1% dan 0,3%. Fakta ini memunculkan keraguan terhadap perspektif pemerintah bahwa permintaan domestik yang kuat akan mengimbangi perlambatan ekspor.

Tidak mengherankan pula jika ada seruan dari beberapa mantan pembuat kebijakan untuk menunda kenaikan pajak penjualan untuk mengantisipasi memburuknya kondisi domestik maupun eksternal. Beberapa analis memperingatkan bahwa ekonomi masih menghadapi tantangan berat di kuartal mendatang.

Baca Juga:
WNA Tak Patuh Bayar Pajak di Jepang, Izin Tinggal Tetap Bakal Dicabut

“Pengeluaran konsumen kemungkinan akan tetap lemah karena upah tidak naik sebanyak itu. Pada kuartal kedua, PDB bisa menjadi nol atau sedikit negatif karena ekspor akan tetap lemah. Ini, dikombinasikan dengan melemahnya belanja modal, berarti ada risiko resesi,” jelas Kentaro Arita, ekonom senior Mizuho Research Institute.

Seperti diketahui, data PDB muncul ketika ada proyeksi Jepang akan dalam resesi karena ekspor dan output pabrik terpukul oleh perlambatan ekonomi China dan perang dangan China dan Amerika Serikat. Hal ini memunculkan spekulasi penundaan kenaikan pajak penjualan ketiga kalinya. Apalagi, ada pemilihan majelis tinggi.

Namun, Menteri Ekonomi Toshimitsu Motegi mengatakan tidak ada perubahan pada rencana pemerintah untuk menaikkan pajak penjualan dari 8% menjadi 10% pada Oktober 2019. Menurutnya, data-data menunjukkan fundamental perekonomian masih cukup kuat.

“Tidak ada perubahan pada pandangan kami bahwa fundamental untuk mendukung permintaan domestik tetap solid,” ujarnya setelah data perekonomian dirilis, seperti dilansir The Japan Times. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Jumat, 29 Maret 2024 | 15:15 WIB KONSULTASI PAJAK

Beli Rumah Sangat Mewah di KEK Pariwisata Bebas PPh, Perlu SKB?

Jumat, 29 Maret 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jumlah Pemudik Melonjak Tahun ini, Jokowi Minta Warga Mudik Lebih Awal

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Pengajuan Perubahan Kode KLU Wajib Pajak Bisa Online, Begini Caranya

Jumat, 29 Maret 2024 | 13:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu Pajak Air Tanah dalam UU HKPD?

Jumat, 29 Maret 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Perlakuan PPh atas Imbalan Sehubungan Pencapaian Syarat Tertentu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:30 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Disusun, Pedoman Soal Jasa Akuntan Publik dan KAP dalam Audit Koperasi